19 Mei 2009

LIHAT! KUBURNYA TELAH KOSONG!!

LIHAT! KUBURNYA TELAH KOSONG!! PDF Print E-mail
Written by Leonard Giarto
Tuesday, 06 May 1997
(Sebuah Refleksi atas pementasan Paskah GKILake)

Begitu terdengar teriakan Sang "Batu Kubur" tersebut, alunan musik yang menegangkan mendadak berhenti, berganti dengan nada meriah dari "Celebrate Jesus Celebrate". Lampu sorot yang dulunya menerangi sosok kebingungan "Kain Lenan" dan "Batu Kubur" mendadak menyorot terang para anggota Vocal Group Gabungan Remaja - Pemuda - Tentmakers yang berlarian ke atas panggung. Kemudian, dengan suara lantang dan wajah gembira penuh senyum kemenangan, mulailah mereka menyuarakan pujian menyambut kebangkitan Tuhan.
Sebelumnya, kira-kira selama setengah jam, jemaat telah dibawa ke alam kekecewaan dan kesombongan dari "Jubah Ungu", "Mahkota Duri", "Salib Tua", "Paku", "Kain Lenan", dan "Batu Kubur". Masing-masing seolah-olah telah menjadi benda-benda intelektual yang dapat mengutarakan pendapat mereka tentang Yesus yang disalibkan dan mati. "Jijik aku benang- benangku menjadi kusut " keluh Sang "Jubah Ungu" yang borjuis. "Bingung aku lebih baik, menikmati di kepala yang berdarah." kata Si "Mahkota Duri" yang tak berpendirian. "Semuanya sia-sia coba kalau orang ini lebih bijaksana dulunya " komentar si "Salib Tua" yang menganggap dirinya telah banyak makan asam garam dunia. "Akulah yang paling berjasa atas kematian orang ini " teriak Sang "Paku" berdarah dingin. Dan setelah itu semua, perubahan yang terjadi dengan kebangkitan Kristus terasa sangat mendadak, dan terlalu cepat. Setelah lagu terakhir "He Is Alive" dinyanyikan dengan megah oleh Vocal Group Gabungan, usailah Kebaktian dan Perayaan Paskah di GKI Lake.

Masih ingatkah Saudara akan kebaktian hari itu? Apa kesan Saudara? Joyful Celebration? Di akhir perayaan: Ya! Membingungkan? Mungkin. Kebingungan. Mungkin itu juga yang dialami oleh para wanita dan para murid pada hari Minggu subuh dua ribu tahun yang lalu. Yesus telah mati, tapi kuburNya kosong! Setelah dengan mendetail ke empat penginjil membeberkan minggu terakhir Yesus: dari masuknya Yesus ke Yerusalem dengan sambutan meriah, pembersihan Bait Allah dari pedagang-pedagang, argumentasi Yesus dengan para pemimpin agama, perjamuan Paskah, Yesus dikhianati sampai akhirnya disalibkan, mati, dan dikuburkan; tiba-tiba segalanya berubah.

Tiba-tiba apa yang ditulis oleh penginjil yang satu tidak lagi cocok dengan yang ditulis penginjil yang lain. Siapa yang datang ke kubur Yesus pagi itu? Hanya ke dua orang Maria? Ataukah ada Salome bersama mereka? Apakah batu kubur itu terguling di depan mata para wanita tersebut, atau sudah terguling sebelum mereka tiba di lokasi kubur? Ada berapa malaikat yang menampakkan diri? Satu, seperti ditulis oleh Matius dan Markus, atau dua, seperti ditulis oleh Lukas? Siapa yang kemudian masuk ke kubur, Petrus seorang diri? Atau didahului oleh Yohanes?

Para penginjil ini seolah-oleh ingin menyampaikan kabar gembira kebangkitan Yesus itu dengan cepat tanpa menunda-nunda lagi. Seolah-olah dalam kegembiraan dan kebingungannya mereka tak lagi dapat mengingat alur kejadian sebenarnya. Dan mereka juga tak ingin membuat- buat cerita agar dipercaya orang. Satu kesamaan dari tulisan ke empat penginjil mengenai peristiwa kebangkitan Yesus adalah bahwa para wanitalah yang pertama menyaksikan kubur kosong dan Yesus yang bangkit; tak menghiraukan kenyataan bahwa menurut adat Yahudi pada masa itu, kesaksian yang diberikan oleh wanita tak ada kekuatan hukumnya. Kebangkitan Yesus, oleh karena itu, ditulis tidak dengan dorongan apologetika, tapi ketulusan, kesukacitaan, dan keheranan yang dalam. "It is a message too good to be true, but a message so good, it has to be true," kata Philip Yancey (kolumnis Christianity Today). Dan kadang kala orang Kristen sekarang lupa akan pesan ini.
Kebangkitan Yesus adalah satu-satunya kejadian sejarah yang dapat - dan seharusnya - mengubah hidup kita . Bukan sekedar sesuatu yang musti kita perdebatkan kebenarannya . Berdasarkan fakta - fakta sejarah dan ilmu pengetahuan serta logika , kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang tak dapat disangkal lagi . Mungkin ada sementara orang yang masih tak percaya akan kebenaran peristiwa itu , tapi itu adalah mereka yang memilih untuk tidak percaya . Sama dengan teori evolusi , di mana seorang profesor biologi ternama pernah berkata bahwa dia sadar akan kelemahan teori evolusi , tapi dia memilih untuk percaya sesuatu yang mungkin tidak benar , daripada harus percaya pada sesuatu yang tidak masuk akal - yaitu Tuhan yang menciptakan alam semesta.

Banyak orang Kristen sudah pernah mendengar atau membaca argumentasi yang membuktikan kebenaran kebangkitan Yesus . Banyak yang sudah mengerti - secara akal budi . Tapi banyak yang hanya berhenti sampai di situ . Alkitab menunjukkan para rasul yang lari ketakutan ketika Yesus ditangkap . Petrus bahkan sampai menyangkal kenal dengan Yesus ketika ditanya oleh hanya seorang hamba . Tapi para rasul yang sama , kemudian , setelah kebangkitan Yesus dan menerima Roh Kudus, berani memberitakan kabar gembira ini ke seluruh penjuru dunia . Petrus yang pernah menyangkal Yesus jadi berani menyatakan iman kepercayaannya di depan para pemimpin agama ( Kisah Rasul 4). Tradisi mengatakan mereka semua mati sebagai martir . Banyak orang Kristen mencela Thomas si skeptik yang tak mau percaya kebangkitan Yesus sampai bukti kebangkitan itu berdiri di depannya . Tapi bisakah kita bahkan menjadi Thomas? Dalam Yohanes 20:28 dikatakan ketika Yesus menampakkan diri di hadapan Thomas, Thomas yang kritis dan penuh logika itu mendadak sontak menyembah Yesus dan berkata , " Tuhanku , Allahku ." Jika kita tak mengerti bukti - bukti kebangkitan tapi percaya , itulah yang Yesus inginkan . Tapi jaman sekarang ini banyak orang Kristen hanya manggut - manggut saja ketika disodori bukti - bukti kebangkitan Yesus . Dapatkah kita yang telah mendengar atau membaca bukti - bukti tersebut , jatuh berlutut , dan dengan penuh penyesalan menyembah Yesus dan berkata seperti Thomas, " Tuhanku , Allahku ."? Tidak hanya sampai di situ , Thomas juga akhirnya sama seperti para rasul yang lain, memberitakan kabar keselamatan ini dengan gagah berani . Hidupnya telah diubah . Thomas yang lama sudah mati . Thomas yang baru telah bangkit . Sudahkah hidup kita yang lama - hidup di dalam dosa , betapa pun remeh dan tersamarnya dosa kita itu - mati bersama Yesus di atas kayu salib ? Ataukah kita memaksa Tuhan untuk disalibkan untuk ke dua kalinya ?

Penulis novel Quo Vadis menuturkan bahwa pada saat Petrus melarikan diri dari penganiayaan Kaisar Nero, tiba - tiba Tuhan menampakkan diri di tengah jalan . Petrus yang terkejut hanya bisa berkata , "Quo vadis , Domine?" atau " Tuhan , mau kemana ?" Dan Tuhan menjawab bahwa Ia akan ke Roma untuk disalibkan untuk ke dua kalinya , karena tak ada yang mau pergi atas namaNya . Alkisah Petrus pun sadar dan membalik badan , kembali ke Roma sampai akhirnya mati disalibkan dengan kepala di bawah . Sudahkah hidup kita yang sekarang ini merupakan Yesus yang hidup dalam kita , perbuatan - perbuatan kita adalah cerminan kehendakNya ?
Paskah telah cukup lama lewat . Tapi sudahkah semangat Paskah tinggal dan mengubah hidup kita ? Kebangkitan Yesus adalah kemenangan umat percaya yang dicapai melalui jalan yang sangat sukar dan memedihkan bagi Tuhan - sesuatu yang kita sekarang sering lupa . Kita sering hanya menganggap " Tidak heran Yesus bangkit , bukankah Dia Tuhan ?" Ya. Dia Tuhan . Tapi untuk mencapai kebangkitan itu , Tuhan harus mengalami penderitaan jiwa dan fisik yang tak tertandingi pada saat Dia seratus persen manusia . Itulah sebabnya ke empat penginjil memberi tekanan pada peristiwa di saat - saat terakhir kehidupan Yesus sampai di atas kayu salib . Satu - satunya bagian " Pengakuan Iman Rasuli " yang membicarakan kehidupan Yesus hanyalah sepotong " menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus , disalibkan , " Ya. Di atas kayu saliblah janji Tuhan digenapi , sebagai kisah kasih yang terbesar dalam sejarah - seperti kata-kata terakhir narator pada Kebaktian dan Perayaan Paskah yang lalu - tertulis dengan darah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar