17 Mei 2009

Kirim Hadiah Surat Al Fatihah

Ini adalah cerita tentang Kiai Fatah yang cerdik dan sering disebut sebagai "Godfather kelompok mafia intelektual" di sebuah daerah di Jawa Tengah. Dia cerdik dalam membuat pendapatnya paling unggul, disimak, dan seperti merangkum semua pembicara lain dalam setiap pertemuan, dengan cara bicara paling akhir.


Merek dagang Kiai Fatah yang sudah diketahui semua orang adalah angkat telunjuk dengan berkata, "Apa masih ada waktu buat saya? persis ketika acara akan diakhiri.

Suatu kali orang NU dan Muhammadiyah mengadakan pertemuan dan sempat bergurau memperdebatkan soal "hadiah" membacakan surat Al Fatihah kepada orang yang sudah meninggal. Apakah "kiriman" itu bisa sampai kepada sang arwah, seperti pos kilat yang menyampaikan paket ke suatu alam dalam kehidupan dunian? Apa dasar pendapat yang diikuti masing-masing pihak?

Yang dari Muhammadiyah tidak melihat "dalil yang dapat dipegang" dari Al Quran maupun hadis Nabi Muhammad, untuk menunjang kemungkinan kiriman via "pos akhirat" sampai ke tujuan di alam sana. Yang NU berpegang pada pendapat para ulama madzab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu.

Pandangan Kiai Fatah? "Hadiah Fatihah tidak sampai ke alamatnya menurut Imam Syafii," kata Kiai Fatah. "Hadiah itu sampai menurut ketiga imam yang lain. Jadi kita ikuti suara mayoritas sajalah."

Gus Dur pun ikut komentar. "Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai secepat pos kilat khusus karena tidak didukung oleh Imam Syafii," kata Gus Dur, "Tapi mereka toh sudah biasa dengan pola alon-alon asal kelakon? (pelan-pelan asal tercapai tujuannya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar